September 06, 2013

YOU'RE ON!






Bagi perempuan manis yang menuliskan ini di blog-nya, ini hanyalah sebuah harapan.
Bagi lelaki yang membaca ini dari blog sang perempuan manis, ini adalah tantangan.

July 25, 2013

Adakah Tuhan yang mengikatkan ujung hatiku ke ujung hatimu?


July 24, 2013

WAYAH WINGI, WAYAH SAIKI

*gambar diambil dari facebook Fajar Kristiana


Setahun lalu sepertinya Tuhan meninggalkan.
Setahun lalu masih sendiri, hari ini ada yang menemani benak dan hati.
Setahun lalu kekuasaan hanyalah kamar kos 3x3, hari ini rumah sendiri 150m2.
Setahun lalu segalanya masih gelap dan samar, hari ini ada seberkas cerah memandu jalan.
Setahun lalu semua adalah skeptis dan FAKLAH!!, hari ini selalu ada emoticon J di akhir kalimat.
Setahun lalu apa-apa masih semau sendiri, hari ini ada yang harus dijaga dan dikendalikan.
Setahun lalu masih staff yang berpikir individu, hari ini adalah pemimpin yang memandu.
Setahun lalu Jogja hanyalah tanah kelahiran, hari ini Jogja adalah rumah harapan.
Hari ini ada cita-cita baru untuk diwujudkan.

July 22, 2013

... MAKA TERSEBUTLAH NAMAMU DI SISI HATIKU


Ia memiliki banyak nama; Noa, Sus, Ana, Ana Babi, Fajar, Bacan, Nduk, Mbak Ana, Dek, Ndut, juga Kas.

Setiap tempat, setiap masa, setiap orang memanggilnya berbeda, tapi semua memanggilnya dengan segenap kecintaan untuknya.

Seperti halnya hatiku, yang mulai 20 Juli 2013 lalu, memanggilnya "belahan jiwa".

Miss u Ana :)

December 20, 2012

saya baru saja kehil_ngan






... dan rasanya seperti sebagian dunia seolah meninggalkan saya.


 :(
  :(
  :(
  :(
  :(
  :(



Tepatnya 2 Juni 2009, saya memperoleh sebuah bolpoin dari owner kantor pertama saya dulu. “Saya tidak bisa kasih kamu apa-apa, tapi ini sedikit kenang-kenangan” kurang lebih ini yang dikatakannya sambil menyodorkan sebuah bolpoin.

Ujung depan dan belakang bolpoin tersebut terbuat dari besi berwarna perak. Mengapit bagian tengah yang bermotif marmer hitam.

Dan mulai saat itulah saya membawanya kemanapun saya membawa catatan atau buku tulis saya. Rasanya seperti… seperti Anakin Skywalker dengan lightsaber birunya atau James Bond dengan Walther PPK-nya atau Michael Jordan dengan Air Jordan-nya.

Sepertinya semua proses crafting yang saya lakukan di atas kertas dengan bolpoin itu selalu membawa hasil terbaik.

Hingga tempo hari, Rabu 19 Desember 2012, saya kehilangan bolpoin tersebut.
dan rasanya seperti sebagian dunia seolah meninggalkan saya.

Tapi, semakin saya merasa kehilangan, saya justru semakin bersyukur karena mungkin ini pembelajaran diri bahwa saya tak selamanya bisa menggengam, merengkuh, memegang, memeluk, dan memiliki sesuatu. Bolpoin kesayangan salah satunya.

Selama saya bekerja di kantor pertama dulu, saya belajar sedemikian banyak hal, beberapa pelajaran berharga saya peroleh dari sang owner yang memberi saya bolpoin tersebut. Tak disangka, setelah beberapa tahun meninggalkan tempat tersebut, sang owner masih menyisakan satu pelajaran lagi lewat bolpoin yang dihadiahkannya untuk saya.

Saya baru saja kehilangan.

Tapi saya juga baru saja menemukan.

August 14, 2011



tak terasa juga satu setengah jam berlalu di ruang tunggu ini...

Semua bacaan motivasi, psikologi, meditasi, hingga rohani yang disediakan di meja sudah habis saya bolak-balik. Sebenarnya menunggu seperti ini tak ada ruginya, toh sofa mereka nyaman, AC di sini cukup sejuk, teh manis hangat yang disuguhkan pun masih separuh.


"Maaf tapi sepertinya mas Aryo harus menunggu sebentar lagi, ada bencana banjir di India yang harus dia prioritaskan" kata nona sekretaris yang sedari saya datang tak henti-hentinya mengangkat telepon, menjawab email, dan menerima setumpuk surat yang datang. "Oke, saya tunggu" well, saya tak punya pilihan lain sepertinya. Hmmmf... saya tahu kesabaran bukan menjadi sifat saya tapi orang yang saya tunggu ini, katakanlah dia tak dapat ditawar.

Saya yakin Anda juga pernah ke sini dan sama seperti saya, Anda akan dipersilahkan duduk, menunggu dan disuguhi teh manis hangat dan saya 100% yakin Anda juga mencoba membunuh waktu dengan membaca segala bacaan di meja seperti yang saya lakukan tadi. Masalahnya ada beberapa yang menunggu lama dan ada yang menunggu cepat dan saya menganggap ini berhubungan dengan skala prioritas yang diberikan oleh nona sekretaris tadi.

"Mas Aryo, saya benar-benar minta maaf tapi sepertinya hari ini Anda tidak bisa bertemu" sang nona sekretaris mencoba ramah memberitahukan kabar buruk ini. "Selain banjir di India, kami punya kecelakaan kereta di Spanyol, kelompok mahasiswa yang sedang dalam masa kritis menemukan formula anti kanker, calon MasterChef yang butuh dukungan, serta setumpuk kasus percintaan artis, masalah gelandangan dan anak jalanan, oooh dan ini juga... permohonan anggota Green Peace untuk lingkungan yang lebih baik... sekali lagi saya atas nama dia benar-benar minta maaf" sang sekretaris mencoba menerangkan betapa ada banyak masalah yang harus diprioritaskan ketimbang persoalan saya (yang memang tidak signifikan bagi dunia).

Saya juga sadar bahwa orang yang ingin saya temui, dia yang ada di balik pintu besar itu juga cukup sibuk, dia memiliki banyak hal yang memang harus ditangani lebih dulu, dan saya tahu saya tidak boleh egois. Hanya saja, saya ingin bercakap dengan dirinya untuk satu hal yang mengganggu benak saya selama ini. Satu hal yang saya percaya akan sangat berarti bagi hidup saya, tapi sudahlah, mungkin ini bukan hari saya :)

Saya tersenyum pada nona sekretaris sebelum bangun dari duduk dan melangkah keluar. Sesaat sebelum saya membuka pintu, saya menatap sebuah pigura besar yang tergantung di belakang meja nona sekretaris itu. Sebuah pigura berwarna merah kecoklatan yang membingkai tulisan indah sebagai mana menjadi slogan orang yang ingin saya temui ini "DATANGLAH KEPADA-KU, KAMU SEMUA YANG LETIH LESU DAN BERBEBAN BERAT"

Btw, saya masih percaya pada slogan itu, saya hanya ingin mengobrol dengannya

March 27, 2008

...anak



“Betul Bu, anak ini sudah tidak punya orangtua lagi. Dia satu-satunya yang selamat.”

Kuperhatikan anak itu. Kurus, agak kotor, tapi wajahnya tidak jelek. Tak apalah, pikirku.

“Mau ya, ikut Ibu ini. Kamu nanti akan diasuh beliau. Mau ya?” bujuknya pada anak itu. Aku hanya diam. Biarlah anak itu yang memutuskan, aku tidak datang jauh-jauh ke lokasi bencana ini untuk memaksa.

Akhirnya anak itu mengangguk lemah.

Di tempatku menginap ia kumandikan dan kuberikan baju yang kubeli di ibukota khusus untuknya, dan ia berubah menjadi anak yang lucu.

Aku tersenyum. Di ibukota pasti banyak yang mau bayar mahal untuk mendapatkan anak ini.."


diambil dari http://www.100kata.com